Lutfi Adam |
Ini adalah sedikit tulisan saya yang sedikit menggambarkan perjalanan hidup saya, bagi saya mengenal diri sendiri adalah sebuah perjalan yang sangat jauh, hidup dan kehidupan adalah sebuah proses, tak banyak orang yang mampu memahami siapa dirinya. Kehidupan akan terus berjalan hingga sesaat adalah abadi.
Tulisanku dalam sedikit perjalanan hidupku
Terbang mengawan
melumat luas samudra
satu langkah satu jiwa satu makna berlabuh,
karang-karang kusingkirkan
tuk menggenggam semua tujuan
Asa yang tersisa takkan kubuang sia-sia.
mawar kecil sepertimu bukan yang kuharapkan
mungkin ini kan memilukan, tapi aku yakin akan keteguhan mawar yang ada dalam kalbuku
Aku telah merasakan dan mengalami perubahan
menurutmu untukku,
namun sekarang aku melihat perubahan itu sedang menghampiri dirimu
Kubersyukur, tak jadi ku petik setangkai mawar pada waktu yang sempit
kubersyukur aku masih mampu berdo’a agar mawar tak layu ditanganku,
tangkai yang tak jadi ku pungut, jaganlah kau layu…..
Kan kuabaikan semua ini,
tetap kan kutahan laju gelombang ini
meski kusadar semua kan jadi tanda tanya
pandangan mata memang dapat beradu
mata memang saling bertatap
tapi kumelihat penglihatan kita tak pernah sama
Percuma bibir berucap.
aku tak sama dengan yang lain, karna ku tak ingin semuanya biasa saja
dan aku adalah ilalang
Semuanya tlah tertata rapi,
tinggal bagaimana cara mu meramunya
akankah kau menggunakan jemarimu yang lentik itu,
ataukah kau mengandalkan bibirmu yang tajam itu
_Pulang Tak Kembali_
Angin yang melayang
takkan kugulung pulang, kubiarkn kau pulang.
semangat yang hampir terbnam
kan kutarik pulang padaku
Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan, Ia adalah lagu yang muncul dari pada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum
Dihadapku kau tak mampu berucap apa-apa
namun dibelakangku kau mengaum layaknya seekor singa
tapi apakah kau tau siapa yang kau terkam?
kau hanya mampu menangkap sepasang semut yang sedang bercumbu
Kadang kau brusaha berlari
namun sayang kau tak sanggup menjauh
tentramkan hatimu, lakukan apa yang ada dibenakmu
cobalah berdiam diri
mungkin kau kan sanggup untuk terbang atau bahkan terbenam
Membelah awan dengan sayap kecilku
membuka mata atas gundahku
senyummu bangunkan tidurku membangun mimpiku
mohon doamu untuk citaku
Lafal cinta terlipat rapi dalam sunyi
yang memelukku erat
Aku ingin memaknai air mata, tapi dinding rasaku telah beku muara hatiku
telah gersang Aku lelah mencerna…
Tak perlu kau menangis
cukuplah bayang mu yg megenali sedihmu,
jalan panjang yang msih terbentang
menanti pijakan kokoh kakimu
Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput,
biarkan aku sejenak terbaring disini
masih ingin ku pana yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi
Pernah ku selipkan untaian kata
mungkin ketika itu kau sedikit tak mengerti
sehingga dengan khas senyum malu yang kau miliki, kau bertanya padaku
degan sedikit berirama ku jelaskan kata yang pernah terpendam itu
saat ini….. semoga kisah tu masih tertata rapi di benak dan hatimu
Berbaring lemah saat kau bermimpi
tentu itu bukanlah sebuah pilihan
berlari maju saat kau merasa puas
pasti itu sebuah kekeliruan
berlarilah saat kau siap
dan bermimpilah saat kau sadar
Langit dikaca jendela bergoyang
terarah kemana wajah dikaca jendela yang bergoyang
mengecil dalam pesona
bermula dari kata ke kata
sehingga kita terperanjat dari kota ke kota
Teriring mentari pagi yang menjemputku dengan do’a
bersama siang ketika ia menyinari debu yang berterbangan
dan ketika malam mulai menutupi
maka disanalah kita berdiri seperti ilalang yang sulit untuk mereka pahami
tapi ingatlah kita paham tentang itu semua dan hanya ia yang maha mengetahui
Mustahil kan berlabuh bila dayung tak terkayuh
maaf perempuanku, kunasehati kamu
Berfikirlah, maka eksistensi kita akan diakui
pahamilah udara disekelilingmu
maka kau akan paham betul apa yg harus kau lakukan
Biarkanlah aku bermimpi
kelak suatu saat kau akan melihat mimpi-mimpi ku terbangun megah
Ketika waktu merapat
kita tak mampu lagi berfikir.
apakah ucapan harus memiliki makna?
tentu, tapi nalarku tak mampu
bantu aku, bimbing lah aku
hingga sesak ini dapat kau simpan dalam rasamu
Seharusnya kita menyadari ini
seperti kayu kepada api yang menjadikannya abu
tak ada yang patut disalahkan
mungkin kau memang belum mengerti
seperti selembar daun yang jatuh
tak akan pernah menyalahkan angin
seharusnya kita paham
inilah aku, yang akan jadikan ini nyata