18 Des 2011

SIG dan PENGINDERAAN JARAK JAUH

 


Apa itu penginderaan jarak jauh???
Memang begitu begitu banyak  para ahli yang menjelasakan tantang arti penginderaan jauh, seperti Lillesand, Kiefer, Lindgren, Sabins dan masih banyak lagi, tapi taman-teman gak usah bingung, karena semuanya menjelaskan hampir sama kok,  secara garis besar penginderaan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik/kontak langsung, dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto.
untuk tugas juranal, saya mengutip jurnal seperti yang ada di bawah ini nih, kalo teman-teman mau liat jurnal nya bisa dilihat di SINI


PEMETAAN EKOSISTEM DI WILAYAH GUNUNG BROMO DENGAN
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH
Abstrak
Dalam penelitian ini telah dilakukan analisis penutupan lahan dari citra Landsat untuk memperoleh tipe-tipe ekosistem wilayah Gunung Bromo dan memetakannya sehingga menghasilkan peta ekosistem dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Terdapat sembilan tipe ekosistem yang terdapat di wilayah gunung Bromo, meliputi ekosistem hutan primer, hutan sekunder, danau, kawah, laut pasir, lahan terbuka, semak belukar, tegalan dan pemukiman. Analisis penyebaran batuan juga dilakukan dengan membandingkan hasil intepretasi citra manual dengan peta geologi. Hasil analisis tersebut dikorelasikan dengan hasil interpretasi digital untuk menghasilkan peta penyebaran batuan yang dapat memberikan informasi tentang potensi penyerapan air di wilayah gunung Bromo. Korelasi hasil tersebut dengan parameter kemiringan lereng, vegetasi penutup lahan dan curah hujan memberikan peta potensi resapan air tanah mutlak dan resapan penyangga di kawasan gunung Bromo dan sekitarnya.

Resume dan Analisis
Untuk mendapatkan peta ekosistem wilayah gunung Bromo, dilakukan overlay antar peta vektor hasil deliniasi pada citra komposit RGB 321, citra komposit RGB 543, citra komposit RGB 754 dan citra komposit RGB PCA, sehingga menghasilkan peta ekosistem. Hasil ini dikonfirmasi ke lapangan untuk memperoleh tipe-tipe ekosistemnya. Hasil ground truth inikemudian diaplikasikan ke dalam peta ekosistem gunung Bromo. Dari hasil tumpang susun (overlay) tersebut di atas ditetapkan tipe ekosistem utama dengan penutupan permukaan lahan oleh polygon-polygon hasil deliniasi tersebut mendominasi kenampakan warna yang relatif seragam pada saat interpretasi citra. Macam-macam tipe ekosistem utama adalah tipe ekosistem hutan primer, hutan sekunder, laut pasir, danau, lahan terbuka, pemukiman, semak belukar, dan tegalan. Ekosistem hutan primer merupakan ekosistem yang secara fisik belum terganggu, atau hanya sedikit yang terganggu oleh aktivitas manusia.
Ekosistem pemukiman pada wilayah gunung Bromo sangat sulit diinterpretasi karena kenampakan warnanya yang kurang dominan dibandingkan kenampakan vegetasi di sekitarnya, baik di taman nasional maupun kawasan penyangganya. Ekosistem pemukiman di kawasan taman nasional terdapat di tiga lokasi yaitu desa Jarak Hijau, desa Ngadas dan desa Ranu Pani, sedangkan di areal penyangganya terdapat ekosistem pemukiman yang lebih luas.
Ekosistem tegalan pada wilayah Bromo dan sekitarnya terdiri atas beberapa sub ekosistem yang memperlihatkan keterbukaan lahan yang sangat menyolok, dengan penampakan warna tanah yang sangat domiman. Ekosistem kawah, ekosistem danau dan ekosistem laut pasir tidak dinampakkan pada gambar secara terpisah karena sudah sangat nyata dan tidak dapat dipisahkanlagi menjadi sub-sub ekosistem sebagaimana ekosistem yang lain. Analisis penyebaran batuan dilakukan berdasarkan interpretasi citra hasil analisis komponen utama dari saluran 12357 dan citra komposit 457. Daerah penelitian dibagi menjadi 6 satuan batuan yaitu alluvial, satuan laut pasir, satuan piroklastik 1, satuan piroklastik 2, satuan lava dan satuan dinding kaldera.
 Parameter kemiringan lereng diperoleh dari hasil digitasi peta topografi, yang ditampilkan sebagai citra Digital Elevation Model (DEM) yang dapat memberikan informasi ketinggian, sedangkan proses pengolahan kemiringan lereng dilakukan untuk menunjukkan hasil yang sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Peta citra vegetasi penutup lahan diolah dengan image processing yang dapat memberikan informasi penutupan lahan pada setiap grid (pixel) citra sehingga kondisi tutupan lahan pada daerah yang dikehendaki dapat diketahui. Tutupan lahan di daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu vegetasi lebat, vegetasi sedang, vegetasi jarang dan laut pasir. Keempat jenis tutupan lahan tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda dalam kemampuannya untuk meresapkan air. Peta curah hujan diperoleh dari hasil digitasi peta klimatologi yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan Bandung dikorelasikan dengan data curah hujan gunung Bromo yang diperoleh dari Dinas Pengairan Probolinggo sehingga dapat diperoleh informasi curah hujan rata-rata setiap tahunnya di daerah penelitian.

Kesimpulan
Hasil keseluruhan proses pengolahan citra, deliniasi peta vektor, overlay-overlay dan ground truth di lapangan dapat disimpulkan bahwa citra Landsat TM yang terdiri atas 6 (enam) band, yaitu band 1, 2, 3, 4, 5, dan 7 dapat memberikan informasi yang akurat tentang penutupan vegetasi pada areal konservasi khususnya wilayah Bromo melalui satu kali pemotretan. Wilayah gunung Bromo terdiri atas 9 (sembilan) tipe ekosistem yang diperoleh dari informasi citra Landsat TM. Prosentase ekosistem lahan terbuka yang cukup luas di wilayah Bromo menunjukkan bahwa ekosistem yang menjadi obyek pelestarian taman nasional sebagai upaya perlindungan keperwakilan tipe ekosistem dan sebagai usaha pengawetan plasma nutfah dapat menurun potensinya. Ketelitian geometrik yang diperoleh memiliki error RMS (root-mean-square) sebesar 0,04 pixel < 2 pixel, jadi tingkat kesalahannya sekitar 1,2 meter (batas toleransi kesalahan = 2 pixel = 60 m ). Klasifikasi terawasi sangat membantu didalam nterpretasi sebaran batuan yang mempunyai kemampuan untuk meresapkan air

Tidak ada komentar:

Posting Komentar